UNIMED dan GMI Bahas Peluang dan Tantangan AI di Era Digital
Universitas Negeri Medan (UNIMED) kembali memperkuat jejaring internasional melalui kegiatan kuliah tamu yang menghadirkan narasumber dari German-Malaysian Institute (GMI) Ts. Dr. Raja Mariatul Qibtiah binti Raja Jaapar. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring dengan menggunakan platform zoom pada 30 September 2025 ini merupakan tindak lanjut dari implementasi kerja sama yang telah terjalin sebelumnya. Kegiatan Kuliah tamu ini membahas mengenai The AI Advantage: Learn Python to Shape the Future of Technology.
Prof. Erond Litno Damanik dalam sambutannya menyampaikan bahwa kuliah tamu ini merupakan tindak lanjut dari implementasi kerja sama dengan German-Malaysian Institute (GMI). “Pada bulan Agustus lalu, UNIMED telah melakukan kerjasam dengan GMI yang menghadirkan dosen tamu di GMI yakni Dr. Ernesto Maringan Ramot Silitonga, karena itulah pada kesempatan ini UNIMED menghadirkan narasumber dari GMI untuk berbagi ilmu kepada mahasiswa UNIMED. Kegiatan ini diharapkan dapat mendukung mahasiswa, khususnya dalam penulisan, sehingga mampu memanfaatkan perkembangan teknologi secara lebih efektif.” Ujar Prof. Erond.
Lebih lanjut, Prof. Erond juga mengingatkan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) selain membawa banyak manfaat, juga memiliki potensi dampak negatif, terutama dalam keterampilan menulis mahasiswa. “Kami berharap narasumber kita Ts. Dr. Raja Mariatul Qibtiah binti Raja Jaapar dapat berbagi tips dan solusi praktis bagi mahasiswa dalam mengoptimalkan penggunaan AI, sehingga teknologi ini tidak mengurangi kemampuan dasar, melainkan justru memperkuat kompetensi akademik mahasiswa,” tutup Prof. Erond.
Dalam paparannya, Ts. Dr. Raja Mariatul Qibtiah menjelaskan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) saat ini menjadi salah satu kunci utama transformasi teknologi global, dengan machine learning sebagai motor penggeraknya.
“Tiga pendekatan pembelajaran—supervised, unsupervised, dan reinforcement learning—dijelaskan secara komprehensif, beserta model-model populer seperti Convolutional Neural Networks (CNNs), Decision Trees, dan Support Vector Machines (SVM) yang banyak digunakan dalam berbagai bidang mulai dari pengenalan citra, analisis teks, hingga kendaraan otonom,” terangnya
Dr. Raja Mariatul juga menjelaskan penggunaan bahasa Python telah banyak digunakan sebagai bahasa pemograman untuk pengembangan AI karena sintaksnya yang sederhana, dukungan library yang kuat, dan telah menjadi standar industri.
Lebih lanjut, Ia juga mengatakan bahwa perkembangan AI tidak boleh dilepaskan dari aspek etika. “Dengan kekuatan besar yang dimiliki teknologi ini, muncul tantangan serius terkait bias, privasi, transparansi, dan akuntabilitas. Beberapa kasus nyata yang terjadi seperti algoritma yang diskriminatif hingga sistem pengenalan wajah yang disalah gunakan menunjukkan pentingnya membangun AI dengan tanggung jawab yang tinggi. Kita harus benar-benar memastikan AI yang dirancang tersebut sesuai dan dapat memberi manfaat bagi kemanusiaan,” tegasnya.
Di akhir paparannya Dr. Raja Mariatul mengajak mahasiswa untuk berkontribusi aktif dalm mengembangkan AI dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, sehingga inovasi teknologi benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.(Humas Unimed/zr)