Skip links

ISLALE 2025 Hadirkan Gagasan Inovatif Transformasi Pendidikan Bahasa, Seni, dan Sastra di Era Digital

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan (UNIMED) sukses menyelenggarakan The 7th International Seminar on Language, Arts, and Literature Education (ISLALE 2025) pada 24 September 2025 di Hotel Emerald Garden, Medan. Seminar internasional bergengsi ini mengusung tema “Reimagining Languages and Arts Education in the Digital Space for a Future of Innovation, Creativity, and Personalised Learning Experiences.”.

Seminar ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. (Universitas Negeri Medan, Indonesia), Prof. Utami Widiati, M.A., Ph.D., (President of TEFLIN, Universitas Negeri Malang, Indonesia), Prof. Eku Wand, (Braunschweig University of Art, Germany), Biliana Voutchkova (Violinist, Composer, and Interdisciplinary Artist, Germany), Annette Turney, MEd (TESOL), MEd, MSc, Ph.D, (Australian Catholic University, Australia) dan Juliana Shak, D.Phil (Oxon), (Universiti Brunei Darussalam, Brunei Darussalam)

Mahmud Layan Hutasuhut, Ph.D., dalam laporannya menyampaikan bahwa ISLALE 2025 diikuti oleh 119 peserta luring, 60 pemakalah luring, 400 pemakalah daring, serta partisipan internasional dari Malaysia, India, Thailand, dan berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Seminar ini menghadirkan enam pembicara kunci dari Indonesia, Jerman, Australia, dan Brunei Darussalam serta menggelar sejumlah sesi paralel yang membahas isu-isu mutakhir, seperti kecerdasan buatan dalam pendidikan, gamifikasi, pembelajaran personal, big data, dan inovasi seni. “Partisipasi yang begitu luas ini menegaskan posisi ISLALE sebagai wadah penting pertukaran ilmiah, dialog antarbudaya, dan kolaborasi akademik global,” ungkapnya.

Rektor UNIMED Prof. Baharuddin saat membuka acara menekankan relevansi tema ISLALE 2025 dengan dinamika pendidikan era digital. “Tema tahun ini mencerminkan komitmen kita bersama untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi digital dan pendekatan kreatif dapat mentransformasi proses belajar-mengajar sekaligus menjamin inklusivitas, inovasi, dan kesadaran budaya. Saya berharap seminar ini menjadi wadah dialog, kolaborasi, serta inspirasi untuk melahirkan ide-ide baru dan praktik transformasi yang akan memperkuat pendidikan bahasa, seni, dan literatur baik di tingkat nasional maupun global,” ujarnya.

salah satu keynote speaker, Prof. Syawal Gultom, menegaskan pentingnya memadukan teknologi dengan nilai kemanusiaan dalam pendidikan. Ia menekankan bahwa inovasi digital harus diarahkan untuk memperkuat kreativitas, inklusivitas, dan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik tanpa melupakan aspek karakter dan budaya. “Kita harus memastikan bahwa inovasi digital dalam pendidikan tetap berpijak pada nilai kemanusiaan. Teknologi hanyalah alat, sedangkan tujuan akhirnya adalah membentuk manusia yang berkarakter, kreatif, dan berdaya saing global,” tegas Prof. Syawal.

Sementara itu, Prof. Dr. Utami Widiati, M.A., Ph.D. (Universitas Negeri Malang, President of TEFLIN) dalam paparannya menggarisbawahi pentingnya penerapan Deep Learning (DL) dan Differentiated Instruction (DI) berbasis teknologi dalam pembelajaran. Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar, tetapi juga mampu membangun identitas budaya, kepercayaan diri, dan keterhubungan siswa dengan dunia nyata. “Deep Learning bukan sekadar proses kognitif, tetapi sarana untuk menumbuhkan kreativitas, kepercayaan diri, dan keterhubungan siswa dengan dunia nyata. Teknologi harus dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, relevan, dan humanis bagi semua peserta didik,” jelas Prof. Utami.

Dari Jerman, Prof. Eku Wand memperkenalkan MuMAIN atau Museum Maya Indonesia, sebuah konsep museum digital yang memanfaatkan teknologi untuk menghidupkan kembali kekayaan seni dan budaya Nusantara. Melalui MuMAIN, masyarakat dapat mengakses dan mengeksplorasi warisan budaya Indonesia secara interaktif di ruang digital. Prof. Wand menekankan bahwa museum maya ini tidak hanya berfungsi sebagai arsip digital, tetapi juga sebagai sarana edukasi lintas generasi yang mempertemukan tradisi dengan inovasi.

Dengan hadirnya berbagai pemikiran dan gagasan dari para pakar, ISLALE 2025 diharapkan menjadi momentum penting dalam mendorong transformasi pendidikan bahasa, seni, dan sastra di era digital, sekaligus memperkuat posisi UNIMED sebagai pusat inovasi dan kolaborasi akademik internasional.(Humas Unimed/zr)