Mahasiswa Kimia UNIMED Ciptakan Pupuk Lepas Lambat Nano Ramah Lingkungan dari Limbah Sawit
Mahasiswa Universitas Negeri Medan (UNIMED) kembali menghadirkan inovasi di bidang pertanian berkelanjutan. Melalui penelitian terbaru, mereka berhasil mengembangkan pupuk lepas lambat (slow release fertilizer) berbasis nanokarbon, nanoselulosa, dan alginat. Uniknya, bahan utama nanokarbon dan nanoselulosa diperoleh dari limbah tandan kosong kelapa sawit, yang selama ini menjadi masalah lingkungan di daerah perkebunan. Dalam penelitian ini, tandan kosong kelapa sawit diolah melalui proses kimia dan fisika untuk menghasilkan nanokarbon berpori serta nanoselulosa berstruktur serat halus. Kedua material tersebut kemudian diformulasikan bersama alginat yang berfungsi sebagai matriks pengikat, sehingga menghasilkan pupuk berkarakteristik pelepasan hara secara bertahap.
Dalam penelitian ini, nanokarbon dan nanoselulosa diperoleh dari hasil pengolahan limbah TKKS, yang selama ini menjadi salah satu masalah lingkungan di daerah perkebunan kelapa sawit. Bahan tersebut kemudian dicampurkan dengan alginat, polimer alami yang mudah terurai, untuk membentuk matriks pembawa pupuk. Ion Fe(II) digunakan sebagai pengikat silang (cross-linker) yang memperkuat struktur komposit, sekaligus mengatur kecepatan pelepasan nutrien ke tanah.
Tim peneliti menjelaskan bahwa pupuk konvensional sering kali mengalami losses hara karena cepat larut, sehingga tidak seluruh nutrisi terserap tanaman. Dengan teknologi slow-release fertilizer (SRF) berbasis nanomaterial ini, pelepasan unsur hara dapat dikendalikan secara bertahap, sesuai kebutuhan tanaman. “Kami ingin menghadirkan solusi pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah sawit sebagai sumber nanomaterial, penelitian ini tidak hanya membantu petani meningkatkan produktivitas, tetapi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular,” ujar salah satu peneliti.
Hasil uji awal menunjukkan bahwa pupuk lepas lambat berbasis nanokarbon–nanoselulosa–alginat ini mampu meningkatkan efektivitas serapan hara hingga lebih dari 30% dibanding pupuk biasa, sekaligus memperbaiki kualitas tanah. Penelitian ini diharapkan menjadi langkah maju dalam pengembangan teknologi pupuk hijau yang mendukung ketahanan pangan nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia sintetis.(Humas Unimed)
Dengan mekanisme slow release, pupuk ini mampu meningkatkan efisiensi serapan nutrien oleh tanaman, mengurangi pencucian unsur hara ke lingkungan, serta menekan frekuensi pemupukan. Tak hanya itu, pemanfaatan limbah sawit menjadi bahan baku bernilai tinggi juga memberi solusi ganda: mengurangi pencemaran limbah perkebunan sekaligus menghasilkan produk inovatif yang mendukung pertanian ramah lingkungan.
Ketua tim penelitian menjelaskan bahwa pupuk ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas tanaman, tetapi juga sebagai upaya mendukung pertanian hijau dan ekonomi sirkular. “Kami ingin membuktikan bahwa limbah yang dianggap tidak berguna sebenarnya bisa diubah menjadi produk bernilai dan berdampak besar bagi pertanian,” ungkapnya. Inovasi ini diharapkan dapat terus dikembangkan hingga tahap aplikasi lapangan, sehingga memberi manfaat nyata bagi petani, akademisi, dan masyarakat luas. Dengan langkah ini, mahasiswa UNIMED menegaskan perannya sebagai generasi muda yang siap menghadirkan solusi kreatif untuk keberlanjutan lingkungan dan pangan.(Humas Unimed)