UNIMED Dorong Pemanfaatan AI Beretika untuk Meningkatkan Mutu Penelitian dan Pengabdian
Universitas Negeri Medan (UNIMED) terus memperkuat kualitas tridarma perguruan tinggi melalui pemanfaatan teknologi digital. Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan Peningkatan Kompetensi Digital Literasi Berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pengabdian dan Penelitian, yang diikuti oleh ratusan dosen di Aula Digital Library lt. 4. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. (Ketua Senat Unimed), Tansa Trisna Astono Putri, M.T.I., Ph.D. (Sekretaris LPPM), dan Dr. Hermawan Syahputra, M.Si. (Koordinator Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia LPPMP)
Kegiatan secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr. Winsyahputra Ritonga, M.Si., yang dalam sambutannya menegaskan bahwa transformasi digital, khususnya pemanfaatan AI, merupakan salah satu langkah yang telah menjadi tuntunan perkembangan zaman dalam mengembangkan riset dan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi. Ia menekankan pentingnya peningkatan literasi digital dosen agar pemanfaatan teknologi AI dapat berjalan secara bertanggung jawab, beretika, dan tetap berlandaskan kaidah akademik.
“AI harus diposisikan sebagai alat bantu strategis untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja akademik, bukan menggantikan peran dan keahlian ilmiah dosen. Oleh karena itu, kompetensi digital berbasis AI perlu terus ditingkatkan secara sistematis,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Prof. Syawal menegaskan bahwa penulisan buku referensi berbantuan AI dimungkinkan sepanjang AI digunakan sebagai alat bantu dan tetap memenuhi etika akademik serta tidak melanggar hak cipta dan dapat memenuhi standar kualitas ilmiah.
Prof. Syawal juga menjelaskan bahwa penggunaan AI tidak dapat menggantikan peran sumber referensi ilmiah utama seperti jurnal bereputasi, buku akademik, regulasi, dan data statistik resmi. Buku referensi wajib didukung oleh kutipan yang valid, daftar pustaka nyata, serta landasan teori yang dapat diverifikasi. “AI tidak boleh digunakan untuk menyusun substansi ilmiah tanpa dasar referensi yang sah. Integritas akademik harus tetap menjadi prinsip utama,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Syawal menguraikan karakteristik buku referensi yang berfokus pada satu bidang ilmu, bersumber dari hasil penelitian, mengandung kebaruan, bersifat komprehensif, serta disusun secara logis dan ilmiah. Buku referensi juga harus dilengkapi indeks, glosarium, diterbitkan secara resmi ber-ISBN, bersifat orisinal, dan bebas dari plagiarisme.
Dalam sesi tersebut, ia juga membandingkan secara mendalam perbedaan buku ajar yang berorientasi pada pembelajaran (teaching focus) dengan buku referensi yang berorientasi pada pengembangan ilmu (science focus). Transformasi buku ajar menjadi buku referensi, menurutnya, menuntut perubahan fokus, pendalaman analisis teoretis, perluasan cakupan, serta penguatan dukungan riset mutakhir.
Melalui kegiatan ini, UNIMED berharap para dosen dan peneliti memiliki pemahaman yang utuh mengenai pemanfaatan AI secara bijak dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus mampu menghasilkan buku referensi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas, beretika, dan berdaya saing nasional maupun internasional. (Humas Unimed/ms)