Skip links

TIM PKM FIP Unimed Terapkan Program Improvisasi Musik Sebagai Emotional Healing Residen Narkotika di Yayasan Medan Plus

Medan, 23 Juni 2025 — Tim PKM FIP UNIMED laksanakan program kemitraan masyarakat di Panti Rehabilitasi Narkotika Yayasan Medan Plus dengan tajuk “Pemberdayaan Kesehatan Mental Melalui Program Improvisasi Musik Sebagai Emotional Healing Residen. Kegiatan ini diketuai oleh Try Wahyu Purnomo, S.Pd., M.Pd., dan menghadirkan narasumber di bidang pencegahan penyalahgunaan zat dan seni musik, yakni Eka Prahadian Abdurrahman, S.I.Kom., M.K.M., ICAP I., dan Erizon Koto, M.Sn. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para anggota PKM seperti Nani Barorah S.Psi., M.A., Ph.D., Esra Parmian Talenta Siburian, S.Sn., M.Sn., Fazli Rachman, S.Pd., M.Pd., dan Dody Felix Pandimun Ambarita, S.Pd., M.Hum., serta dihadiri oleh mahasiswa sebagai bagian dari pengembangan ilmu dan praktik langsung.

Kegiatan ini mengusung materi praktik berbasis bukti (evidence-based practice/EBP) yang fokus pada gangguan penyalahgunaan narkoba. Pendekatan ini menekankan bahwa semakin komprehensif metode yang digunakan, semakin terbukti hasilnya dalam memulihkan kondisi fisik, pola hidup, dan cara berpikir para residen. Bukti-bukti ini diperoleh dari riset dan pengamatan yang sistematis, termasuk jadwal terapi yang terstruktur sebagai bagian dari bukti keberhasilan terapi. Salah satu inovasi terbaru dalam terapi rehabilitasi narkoba yang diperkenalkan adalah penggunaan seni, khususnya improvisasi musik, sebagai emotional healing. Try Wahyu Purnomo, S.Pd., M.Pd. menyatakan bahwa musik bukan hanya sebagai hiburan, melainkan terapi yang berbasis bukti ilmiah. Terapi musik terbukti dapat membantu menstabilkan kondisi psikologis dan fisiologis pasien, seperti mengatur detak jantung dan menenangkan sistem saraf, sehingga menjadi salah satu jalan efektif untuk keluar dari kecanduan.

Dalam sesi diskusi, narasumber menjelaskan bahwa ketergantungan narkoba sulit diatasi karena gangguan pada korteks otak, terutama batang otak yang mengatur produksi dopamin neurotransmitter yang memberikan rasa bahagia dan kenikmatan. Otak yang telah terbiasa dengan dopamin dari narkoba akan terus mencari sensasi tersebut, sehingga menyebabkan risiko relapse yang tinggi. Kunci utama menghindari relapse adalah mengenali dan jujur terhadap penyebabnya serta mengidentifikasi pemicu dan menjauhinya secara sadar. Musik sebagai terapi akhir dalam proses rehabilitasi membantu menstabilkan emosi dan fisiologi pasien, sehingga memperkuat ketahanan mental dan fisik dalam menghadapi tantangan.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya menjadi wadah pemberdayaan kesehatan mental, tetapi juga menjadi pionir dalam mengintegrasikan seni dan ilmu pengetahuan dalam proses rehabilitasi narkoba. Semakin banyak terapi berbasis bukti yang dikembangkan, semakin banyak pula jalan keluar yang dapat ditempuh oleh para pecandu untuk memulai hidup baru yang lebih sehat dan bermakna. Semoga program ini menjadi inspirasi bagi lembaga rehabilitasi lain untuk mengadopsi terapi berbasis bukti dan seni dalam mendukung pemulihan kesehatan mental masyarakat.(Humas Unimed)