Skip links

Langkah Nyata UNIMED Kembangkan UMKM Difabel di Deli Serdang lewat Teknologi Tepat Guna

Sebuah langkah nyata dalam mendukung kemandirian ekonomi penyandang disabilitas dilakukan di Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat, tim dosen dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Medan (Unimed) menyerahkan mesin pemisah kulit kedelai kepada pelaku UMKM disabilitas, sebagai bagian dari strategi pemberdayaan ekonomi inklusif berbasis teknologi tepat guna.

Program ini diketuai oleh Drs. La Ane, M.Si., dengan anggota tim Yulita Triadiarti, S.E., M.Si., Ak., CA., Drs. Andi Bahar, M.Pd., dan Dr. Ahmad Albar Tanjung, S.Si., M.Si. Bantuan alat diserahkan kepada UMKM Kripik Crispy Asyifa, yang dikelola oleh Bapak Sugiyono, seorang penyandang disabilitas tuna daksa yang konsisten memproduksi keripik tempe secara mandiri sejak beberapa tahun terakhir.

Menurut Drs. La Ane, M.Si., pemberian mesin pemisah kulit kedelai ini didasarkan pada identifikasi kebutuhan lapangan yang selama ini menghambat proses produksi.

“Produksi keripik tempe sangat tergantung pada pengolahan kedelai, terutama proses pengupasan kulitnya yang selama ini dilakukan secara manual dan memakan waktu 2 sampai 3 hari. Kini, dengan bantuan mesin ini, proses tersebut hanya memakan waktu sekitar 30 menit dengan hasil lebih bersih dan merata,” ujarnya.

Mesin tersebut didesain sederhana, hemat energi, dan mudah dioperasikan oleh penyandang disabilitas, sehingga tidak menambah beban teknis tetapi justru meningkatkan efisiensi kerja secara signifikan.

Bapak Sugiyono, penerima bantuan yang juga pelaku UMKM difabel, menyampaikan rasa syukur dan optimisme atas dukungan yang diberikan.

“Dulu kami hanya bisa produksi sedikit karena tenaga terbatas. Sekarang dengan bantuan mesin ini, kapasitas bisa ditingkatkan. Kami jadi lebih semangat untuk memperluas pasar,”

Program ini menunjukkan bahwa pemberdayaan disabilitas tidak harus selalu dalam bentuk bantuan sosial, tetapi bisa dalam bentuk intervensi teknologi tepat guna, didukung oleh kemitraan akademik dan masyarakat lokal.

“Inilah bentuk konkret kontribusi perguruan tinggi untuk masyarakat. Kami harap mesin ini bukan hanya alat produksi, tapi juga menjadi simbol harapan dan kemandirian,” tutup Drs. La Ane, M.Si.